☑ Author : Hayama Risa
☑ Title : Fox Rain
☑ Cast :
Warning!!
- Yamashita Chiaki a.k.a Shin Mi Young (OC)
- Kim Sang Bum a.k.a Kim Bum
- Lee Min Ho a.k.a Lee Minho
- And other cast will find by yourself
Semua yang terjadi disini adalah murni hasil karya saya. Bukan hasil PLAGIAT. Jika ada kesamaan nama ataupun tempat. Itu merupakan suatu ketidaksengajaan.
Fox Rain
Author POV
Suatu siang di Seoul ...
Gadis itu mendesah berat melihat langit yang lagi-lagi menurunkan hujannya di hari yang cerah saat musim panas. Kini ia terjebak di sebuah cafe di bilangan distrik Myeondong, Seoul. Gadis itu kembali menyesap cappuchino-nya yang tinggal setengah. Lalu kembali menyender pada sandaran kursi empuk yang didudukinya dan menatap keluar jendela. Terlihat titik hujan masih setia membasahi bumi tanpa memikirkan orang-orang yang saat ini sedang berteduh menanti hujan reda.
Gadis itu menoleh kearah pintu saat bel-nye berdering tanda ada pengunjung. Ia menatap sekeliling. Lalu kembali menatap jendela. Sambil sesekali membetulkan letak headset-nya.
"Ekhm, permisi. Bolehkah saya duduk disini?" Ujar seseorang. Gadis itu menoleh, lalu melepaskan headset-nya.
"Ye?"
"Bolehkah saya duduk disini?" Ulang orang itu. Gadis itu mengangguk singkat.
"Silahkan." Katanya lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.
"Ah, gamsahamnida." Ujar orang itu kemudian menikmati waffle hangatnya dalam diam.
Setelah percakapan singkat itu, suasana kembali hening. Mereka sibuk dengan dunianya masing-masing. Hingga rasa penasaran akan gadis dihadapannya membuat orang itu memecah keheningan dengan sebuah pertanyaan.
"Uhm, mianhamnida. Kalau boleh tau, nama anda siapa?" Gadis dihadapannya menoleh. Melihat orang dihadapannya dengan wajah datar.
"Mi Young. Shin Mi Young imnida. Ada apa?"
"Ani. Hanya saja aku merasa suasana disini terlalu hening, jadi aku ingin mengajakmu mengobrol."
"Oh..."
"Oh ya, kenalkan. Naneun, Kim Sang Bum imnida. Bangapta ^_^."
"Ne, bangapta." Gadis itu mulai menunjukkan senyumnya. Dan itu cukup membuat Kim Bum girang bukan main.
Kim Sang Bum POV
Omoona~ gadis itu tersenyum. Haha, sepertinya pesonaku ini mulai melaksanakan tugasnya dengan baik. Oke, Kim Bum. Kau harus fokus sekarang, jangan sampai gadis ini tau kalau kau sedang kegirangan melihatnya tersenyum.
"Camkkan... Kau bilang namamu, Shin Mi Young 'kan..."
"Uhm... waeyo?"
"Kau masih ada hubungan dengan Shin Kang In? Pemilik Shin Corp.?"
"Ne, aku anak sulungnya. Waeyo? Kau kenal dengan appa-ku?""Tentu saja. Appamu sudah menolong perusahaan harabeoji-ku yang sempat down tiga bulan lalu karena harabeoji meninggal."
"Ouh..." Gadis itu manggut-manggut tanda mengerti. Lalu suasana kembali hening.
Aash... sepertinya aku harus mencari topik yang menarik secepatnya sebelum gadis ini pergi. Ayo.. Berpikirlah Kim Bum... Ah, ya. Aku tau. Tiba-tiba ponsel milik Mi Young berdering. Heuh, mengganggu saja.
"Ah, camkkanman, Kim Bum-ssi. Ada telepon dari temanku."
"Yeoboseyo. Ah, wae geurae? .... Oh, ne, Aku akan segera kesana. .... Ne, ne. gidaryeo." Oke, gagal sudah kesempatanku bicara dengannya. Shit. Siapa sih temannya itu, apa dia tidak tau aku sedang sibuk dengan Mi Young?! Argh, mengganggu saja.
"Euhm, mianhamnida Kim Bum-ssi. Aku harus pergi duluan. Teman-temanku sudah menunggu sejak tadi. Mianhae."
"Ah~ ne, gwenchan-ayo. Oh, Mi Young-ssi. Bolehkah aku menyimpan nomor handphone-mu?"
"Oh, tentu saja. Berapa nomormu? Biar ku misscall." Ia mengetik nomorku cepat di handphone-nya tak lama setelahnya handphone-ku berdering.
"Itu nomorku. ^_^. Aku harus benar-benar pergi sekarang. Annyeong Kim Bum-ssi."
"Ne, annyeong." Hhh, dia sudah pergi. Yah, setidaknya aku memiliki nomornya. Hhhh~ Leganya... ^_^
Shin Mi Young POV
"Ya!! Kenapa kau lama sekali??" Sentak Ha Ra yang sudah menekuk wajahnya entah dari kapan karena aku juga baru datang dan bergabung dengan mereka.
"Ah~ Miannatta. Jeongmal miannatta." Ujarku sambil membungkukkan badanku 90°.
"Aish. Sudahlah. Kita hampir terlambat. Jangan berdebat sekarang. Bus-nya sudah datang. Kajja." Ujar Ri Ra lalu memasuki bus an menghempaskan bokongnya di salah satu kursi dekat jendela.
"Eh, chamkkanman. Kita memang mau kemana?" Tanyaku polos.
"Omona~ Younggie... Kita akan berlibur sekarang. Apa kau lupa?"
"Mwo? Berlibur? Kita akan berlibur kemana? Aku bahkan tidak membawa apapun. Aigoo~ Eottokhae?"
"Gwenchan-a. Kita hanya berjalan-jalan ke Lotte World. Kau tidak akan memerlukan baju ganti."
"Jinjja? Hhh~ syukurlah." Aku mengelus dadaku lega. Sepertinya dewi fortuna sedang berpihak padaku sekarang. Terlalu banyak keberuntungan yang menyapaku hari ini. ^_^
♫♪♫ Neon naege banhaesseo banhaesseo
Dalkomhan naesarange nogabeoryeosseo
Neon naege banhaesseo banhaesseo
Hwangholhan nae nunbiche chwihaebeoryeosseo ♫♪♫ (Yong Hwa_You've Fallen For Me)
"Yeoboseyo?" Ujarku begitu melihat sebuah nomor tak dikenal menelponku.
Kim Sang Bum POV
"Ah~ annyeong Mi Young-ssi." Sapaku begitu ia menjawab telepon. Ada perasaan lega menghampiriku begitu mendengar suaranya. Chamkkanman, ini baru satu jam aku tidak melihatnya tapi aku sudah merindukannya. Aigoo, sepertinya aku sudah jatuh cinta pada gadis yang baru aku kenal beberapa saat lalu.
"Ne, annyeong. Nuguseoyo?"
"Ini aku Kim Bum. Sepertinya kau tidak menyimpan nomorku, ya..."
"Oh, kau. Mianhae, aku tadi terburu-buru jadi tidak sempat menyimpan nomormu. Museun ir-iya, Kim Bum-ssi?" Astaga. Aku harus menjawab apa sekarang?
"Aku hanya merindukanmu.."
"Oh, uhm,,, aniyo. Tidak ada apa-apa."
"Oh, lalu?"
"Ah.. Ani. Aku hanya mencoba menelponmu saja." Astaga, kalimat apa barusan. Neo neomu babo-ya, Kim Bum-ah.
"Oh, sepertinya tidak hanya itu, ada yang ingin kau bicarakan?"
"Ya. Aku ingin kau tau, kalau aku merindukanmu."
"Aniyo. Tidak ada. Jika kau sibuk, kau bisa menutup teleponnya."
"Ani, aku sedang tidak sibuk. Kau.. Benar tidak ada yang ingin kau katakan?"
"Banyak. Aku ingin bilang aku merindukanmu. Aku ingin bilang aku menyayangimu."
"Ani, tidak ada. Baiklah jika kau tidak tega menutup teleponnya biar aku yang menutupnya. Annyeong, Mi Young-ssi."
"Oh, ne, annyeong."
Beep.
Hhh, aku benar-benar melakukan hal konyol kali ini. Bagaimana bisa seseorang sepertiku gugup hanya karena seorang gadis. Ah~ Sepertinya aku harus ke dokter untuk memeriksakan otakku.
Shin Mi Young POV
Aku tersenyum menatap handphoneku yang baru beberapa menit lalu kugunakan untuk mengangkat panggilan dari Kim Bum. Kami memang baru kenal. Tapi entah kenapa, saat pertama aku melihatnya, saat ia memasuki cafe, aku merasa perasaan hangat namun aneh menyapa hatiku. Seperti perasaan rindu dan juga jatuh cinta. Ah, entahlah. Yang jelas, sejak ia tersenyum dan mulai mengajakku mengobrol, aku merasa... aku telah menyukainya. ☺
"Hey, Younggie~ kau kenapa? Kenapa sejak tadi kau senyum-senyum begitu?" Pertanyaan Ah Rin menyentakkanku dari lamunan, membuatku sedikit tergagap menjawabnya.
"A.. Ani. Aku tak apa. Aku hanya... terlalu bahagia. ☺" Ujarku pelan, terlalu pelan malah. Hingga Ah Rin mengerutkan keningnya bingung.
"Mwo? Apa yang kau katakan? Suaramu itu halus sekali..." Ujarnya. Aku tersentak, lalu menggeleng cepat.
"A.. Aniyo. Lupakan saja." Aku melirik jam, masih ada waktu satu jam untuk sampai di Lotte World. Yah, setidaknya aku memliki alasan yang masuk akal.
"Ak.. aku mau tidur dulu. Jalja."
"Ya!!!! Apa yang kau lakukan? Kita hampir sampai. Jangan tidur." Ujar Ah Rin sambil mengguncang-guncang bahuku. Aku memperhatikan jam Gucci yang melekat di pergelangan tanganku. Dan bodohnya aku baru sadar bahwa jamku mati. perlu kuulang? MATI. Aiish, aku benar-benar malu sekarang. =,=
"Baiklah. Jangan menguncang bahuku terlalu keras, Ah Rin-ah."
"Hmm, kajja. Kita turun." Ujarnya riang.
"Mwo? sudah sampai? Omooo~" Aku turun dari bus lalu merapikan bajuku yang sedikit berantakan. Kemudian memasuki Lotte World.
Author POV.
Seoul International Hospital
"Kim BUm-ah." Jung Soo memanggil sahabatnya itu tanpa melihat kearahnya. Namun, tidak ada jawaban. Lelaki berjas putih khas Dokter itu memanggil sekali lagi.
"Kim Bum-ah." Masih tidak ada jawaban, ia melihat temannya yang sedang melamun dengan senyum sumringah dibibirnya.
"KIM SANG BUM." Sentak Jung Soo kesal.
"Mwo? Ada apa?" Tanya Kim Bum dengan wajah polosnya. Membuat Jung Soo geram setengah mati.
"Ya!! kau itu kenapa, eo? Senyum-senyum tak jelas, seperti orang sakit jiwa yang kutemui di jalan kemarin."
"Aku? Aku... Aku sedang jatuh cinta. =,=" Mendengar itu, Jung Soo langsung menutup map merah yang sedari tadi dibacanya.
"Mwo? Jinjja? Dengan siapa?"
"Dengan seseorang yang kutemui secara tidak sengaja saat hujan rubah sedang turun tiga minggu lalu. Dan saat itu aku benar-benar merasa seperti hujan itu. Dia yang senyumnya secerah matahari, mampu melelehkanku dalam sekejap. Hujan rubah begitu 'kan. Ia turun saat matahari sedang menari-nari menyinari bumi. Yah, walau kata orang, saat itu adalah saat sang rubah sedang bersedih dan menangis." Jung Soo terperangah.
"Aigoo~ dari mana kau belajar kata-kata romantis seperti itu? Aku jadi tak percaya ini kau."
"Molla. Itu terlintas begitu saja, dan dengan spontan kuucapkan."
"Nugu?" Tanya Jung Soo tiba-tiba.
"Mwo?"
"Siapa gadis itu? Gadis yang kau sebut tadi."
"Shin Mi Young." Jawab Kim Bum singkat.
"Mwo?" Jung Soo mendelik kaget, seketika pandangan berubah. Ia menatap Kim Bum dengan tatapan tajam.
"Jangan dekati gadis itu." Ujarnya dingin. Membuat Kim Bum menoleh kaget karena perubahan suara Jung Soo padanya.
"Eh, wae?"
"Aku tau kau baru saja putus dengan Ji Won. Jangan jadikan gadis itu sebagai pelampiasan. Atau kau akan tau akibatnya."
"Eh?!"
Kim Sang Bum POV
Apa yang dimaksud Jung Soo? Memangnya kenapa kalau aku baru putus dengan Ji Won dan mendekatinya? Apa ada yang salah? Tidak, kan. Aiish~ aku benar-benar tidak mengerti situasi saat ini.
Mi Young-ssi... apa aku salah jika aku mencintaimu? Apa kau akan marah jika aku mencintaimu? Apa kau akan menghindar jika aku mencintaimu? Apa akan ada seseorang yang marah jika dia tau aku menginginkanmu?
Mi Young-ssi... apa kau benar-benar tak bisa kumiliki?
Shin Mi Young POV
"Younggie~ oppa ingin bicara denganmu. Saengdeul, oppa pinjam sebentar teman kalian, eo."
"Oke, oppa. Kau ambil saja." Ujar Ha Ra tanpa mengalihkan pandangannya dari depan laptopnya. Aku menatap Jung Soo oppa bingung. Ia menarikku keluar. Mempersilahkanku duduk begitu kami sampai teras. Ia menutup pintu ganda besar itu, lalu duduk di kursi satunya.
"Ada apa, oppa?"
"Ani, oppa hanya ingin tanya. Apa kau masih belum bisa melupakan Min Ho?"
DEG.
Ya ampun, orang ini bertanya atau ingin membunuhku pelan-pelan, ya? Nafasku langsung sesak begitu mendengar nama orang itu disebut oleh Jung Soo oppa. Seketika pikiranku melayang ke masa lalu, saat aku sedang melambung tinggi karena jatuh cinta, namun akhirnya dihempaskan begitu saja, hingga aku benar-benar JATUH pada cinta yang hanya kupendam sendirian untuknya, untuk Min Ho.
Flashback . . .
"Younggie~ kau tau? Kau... bersamamu, aku jadi tenang. Aku merasa nyaman. Aku... menyayangimu, Younggie~" Min Ho menggenggam tanganku erat, seakan-akan aku adalah seseorang yang paling berharga miliknya. Eh, benarkah itu? Jadi selama ini cintaku tidak bertepuk sebelah tangan? Omona~ Aku rasa... aku meleleh sekarang.
"Mmm. :)" Ya Tuhan... ini benar-benar diluar dugaanku.
"Younggie~ aku punya kabar baik untukmu. Dan kau orang pertama yang tau ini." Ujar Min Ho dengan senyuman khas-nya. Kami menghabiskan sore di pinggiran sungai Han. Ia menelponku tiba-tiba dan memintaku datang kesini, katanya ada hal penting yang akan ia katakan. Aku mengernyit heran. Mendadak perasaanku tak enak, aku merasa akan ada sesuatu yang buruk yang akan menimpaku sekarang. Perlahan aku bertanya,
"Mwoya?"
"Kau tau mantan yeochin-ku? Mi Ra?"
"Ah, ye. Arraseo."
"Kami berbalikan." Satu kata yang singkat, padat dan jelas. Simple yang meluluhlantakkan. Ia, menghancurkanku dalam hitungan detik.
Aku terdiam sejenak, lalu mencoba tersenyum diantara perih yang mendera.
"Oh, chukkae."
"Gomawo. Kajja, aku akan menraktirmu es krim." Aku menggeleng pelan.
"Tidak usah, aku ditunggu teman-temanku. Kami harus mengerjakan tugas dari Kim seonsaengnim. Annyeong." Aku berlari menuju halte. Mati-matian aku menelan tangisku, namun itu percuma karena pada akhirnya air mataku tumpah ruah begitu aku memasuki bus dan duduk disalah satu bangkunya.
Flashback end . . .
"Ya! Shin Mi Young, jawab oppa."
"Molla. Semuanya terlalu sulit untuk dilupakan, tapi juga terlalu sakit untuk diingat." Ujarku pelan sambil mengusap air mata yang sudah menggenang dipelupuk mataku.
"Ya!! Uljima. Lupakan saja dia. Ada seseorang yang lebih pantas mendapatkan hatimu dari pada Min Ho si brengsek itu."
"Haha, ne." Aku mencoba tertawa, yah... tapi itu terdengar buruk.
"Salah satunya aku. Hahaha..."
"Mwo? Hahaha,,, neo michyeoss-eo. -_-. Aku tidak ingin mati muda karena dibully Chan Mi tiap hari."
"Ya!!! Sirheo!! Younggie~ tidak boleh dimiliki siapapun selain aku." Teriak seseorang. Aku menoleh kaget kearah pagar, dan menemukan Kim Bum sedang berdiri dengan nafas tersengal. Sepertinya dia habis berlari.
"Eh, Kim Bum-ssi..." Jung Soo oppa berdiri dari duduknya, membungkuk sedikit lalu berbisik padaku,
"Jika kau berfikir dia baru selesai berlari, kau salah. Dia itu marah. Ah, ani. Dia itu cemburu. Haha." Ia kembali tegak.
"Heuh, sepertinya pengganggu itu sudah datang, oppa masuk dulu, eo?!" Ujarnya dan mengecup dahiku sekilas. Melakukan kebiasaannya sebagai seorang kakak pada kami berenam. Kim Bum melihat kami dengan tatapan membunuh miliknya. Dan itu cukup mengerikan. -_-
Kim Sang Bum POV
Mwo? Bisa-bisanya Jung Soo mencium Younggie di depan mataku. Astaga. Dia benar-benar cari mati sepertinya. Aku berjalan mendekati Mi Young dengan langkah tergesa. Lalu menariknya keluar dan masuk ke mobilku.
"Ya!! Neo mworago??" Tanya Mi Young dengan nada tinggi.
"Ikut aku. Dan jangan banyak bicara."
"Mwo?"
"Hati-hati Younggie~!!" Teriak Chan Mi, adik Jung Soo, jail.
"Oppa, bawa pulang Younggie~ dengan keadaan utuh, eo..." Ujar empat gadis lainnya dengan kompak.
"Ya!! Apa yang kalian lakukan? Harusnya kalian menolongku, bukan membela namja babo ini. Aiiish."
"Bum-ah, jangan kau apa-apakan uri maknae itu, ya. Hati-hati."
"Kau dengar, mereka mengijinkanku membawamu. Kajja, kita berangkat."
"Keundae... Aku hanya memakai ini. Apa tidak apa-apa?"
"Gwenchana. Kajja."
Coffee Shop, near Sungai Han, Seoul, Korea Selatan.
Some evening...
"Ada yang ingin kukatakan padamu..."
"Mmm? Katakan saja." Ujar Mi Young santai sambil melahap Chocolate Crispy Donuts yang ia pesan bersama Iced Cappuccino Latte. Aku menoleh ke jendela, titik titik hujan mulai membasahi bumi dengan tiba-tiba. Aku menatap langit. Terlihat sangat cerah karena tak ada awan hitam yang menutupinya. Haha, hujan rubah... kenapa kebetulan sekali? Sepertinya aku memang berjodoh dengannya. Aku melihat Mi Young menatap keluar jendela dengan ekspresi kagetnya yang cukup berlebihan.
"Mwo? Hujan? Padahal tadi cerah sekali..." Ujarnya lalu kini menatapku lekat. Astaga, aku bisa meleleh jika ditatap terus olehnya.
"Kim Bum-ssi, katanya tadi ada yang ingin kau katakan... Apa?"
"Euhm, kau tau hujan rubah? Hujan yang turun tiba-tiba saat sedang cerah."
"Ya, arraseo... Geureom?"
"Kita bertemu pertama kali, sebulan lalu, juga saat yang sama, saat hujan rubah. Dan saat itu pula, aku... aku mulai mencintaimu." Ucapku mantap dengan menatap lekat pada manik matanya.
"Mwo?"
"Saat itu aku benar-benar merasa seperti hujan itu. Kau yang senyumnya secerah matahari, mampu melelehkanku dalam sekejap. Hujan rubah begitu 'kan. Ia turun saat matahari sedang menari-nari menyinari bumi. Seperti itulah aku. Aku terpesona saat melihat senyummu yang secerah matahari. Yah, walau kata orang, saat itu adalah saat sang rubah sedang bersedih dan menangis." Mi Young terperangah. Entah terkejut atau apa aku tak tau.
"Saat itu, Jung Soo melarangku mendekatimu. Dengan alasan, ia takut, aku menjadikanmu pelarian. Karena saat itu aku baru putus dengan pacarku. Han Ji Won. Saat itu aku berpikir, bahwa kau seperti permata mahal yang sangat berharga. Saking mahal dan berharganya dirimu, aku mengira kau benar-benar tak bisa kumiliki. Sejak saat itu, aku memulai misiku. Misi menjadi seseorang yang pantas untuk memiliki permata berharga sepertimu. Tadinya aku tak mengira akan secepat ini, tapi ternyata... Jung Soo benar-benar menguji kesabaranku untuk ini."
"Jadi, Mi Young... maukah kau menerima cintaku? Aku tau kau masih belum bisa melupakan orang yang bernama Min Ho itu, tapi aku akan membuatmu melupakannya secepat mungkin." Mi Young tersenyum.
"Aku sudah melupakannya. Sejak sebulan lalu. Sejak aku sadar, aku mencintai orang lain. Seseorang yang baru aku temui beberapa saat." Aku terperangah kaget. Jadi selama ini...
"Ka... Kau, juga... Jadi kau menerimaku?" Mi Young mengangguk, dan tersenyum. Menampilkan senyumnya yang terindah, senyum yang secerah matahari. Spontan aku memeluknya.
"Gomawo, jeongmal gomawo."
"Cheonman-eyo." Ucapnya pelan.
"Kau tau? Aku sekarang sangat bahagia. Jika aku kembang api, aku akan meledak sekarang."
"Meledaklah, aku tak melarang. Tapi, saat kau meledak, kau harus menampilkan cahaya yang indah, yang bertahan lama, dan tidak akan terlupakan. Yaksok?"
"Hemm... yaksok. Saranghae. Nan neol neomu neomu neomu saranghae, Shin Mi Young."
"Nado neol saranghae."
THE END